Melihat seorang bayi mungil yang sedang asyik menghisap jempol, rasanya menggemaskan sekali. Kebiasaan ini muncul secara alami, tanpa perlu diajari oleh siapa pun. Tapi bagaimana jika kebiasaan ini terus dilakukan hingga si kecil mulai beranjak tumbuh besar?
Berikut ini 8 fakta mengenai kebiasaan menghisap jempol, sekaligus cara-cara menghilangkan kebiasaan yang menggemaskan, namun memiliki efek samping ini.
1. Menghisap jempol membuat si kecil merasa nyaman
Menghisap jempol merupakan insting alamiah seorang anak. Awalnya kebiasaan ini muncul untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Jika dilihat melalui ultrasound, bayi dalam perut kadang terlihat tengah asyik menghisap ibu jari. Hal ini dilakukannya untuk memperoleh perasaan rileks, serta untuk menenangkan diri sendiri.
2. Berhenti di usia 5-6 tahun
Tidak semua balita gemar menghisap jempol. Sebuah penelitian menyebutkan, 50 persen anak tak punya kebiasaan ini. Bagi yang terlanjur memulai kebiasaan menghisap ibu jari, 85 persen di antaranya meninggalkan kebiasaan buruk ini.
3. Dorongan lingkungan
Sebagian besar anak berhenti mengemut jempol di usia taman kanak-kanak karena malu melihat teman-temannya yang tidak memiliki kebiasaan ini. Tak sedikit pula yang bahkan menjadi bahan ejekan, hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti.
4. Beresiko pada pembentukan gigi
Jika kebiasaan menghisap ibu jari berlanjut hingga di atas usia 5 tahun dan cukup intensif, dapat menyebabkan gigi seri atas dan bawah tidak berkembang seperti semestinya. Gigi bagian atas dapat terdorong melampaui batas tumbuhnya dan membuat si kecil menjadi tonggos.
5. Salah pengucapan
Jika gigi tumbuh pada posisi yang tidak seharusnya, dapat berpengaruh pada cara si kecil berbicara. Adanya salah pengucapan pada kata-kata atau huruf tertentu, bahkan membuat si kecil menjadi cadel.
6. Alihkan perhatiannya
Menghisap ibu jari biasanya dilakukan jika anak tengah bosan atau tak ada yang bisa dilakukan, juga saat tangannya “bebas”, tak menggenggam apapun. Jika buah hati Anda mulai menunjukkan tanda-tanda akan kembali mengemut ibu jarinya, segera alihkan perhatiannya dengan memberinya mainan yang dapat digenggam atau genggam kedua tangannya.
7. Beri batasan tempat
Jika anak belum mampu melepaskan kebiasaannya, biarkan saja, tapi hanya di saat-saat tertentu. Hanya di rumah atau di kamarnya sendiri, misalnya. Buat perjanjian dengan si kecil untuk tidak menunjukkan kebiasaannya di depan umum.
8. Pujian lebih baik dari hukuman
Jika buah hati Anda menunjukkan keseriusannya untuk berhenti menghisap jempol, jangan ragu untuk memujinya. Pujian membuat si kecil semakin termotivasi, berbeda jika Anda menerapkan hukuman keras yang hanya akan membuat anak menjadi takut, trauma, atau berontak.
Berikut ini 8 fakta mengenai kebiasaan menghisap jempol, sekaligus cara-cara menghilangkan kebiasaan yang menggemaskan, namun memiliki efek samping ini.
1. Menghisap jempol membuat si kecil merasa nyaman
Menghisap jempol merupakan insting alamiah seorang anak. Awalnya kebiasaan ini muncul untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Jika dilihat melalui ultrasound, bayi dalam perut kadang terlihat tengah asyik menghisap ibu jari. Hal ini dilakukannya untuk memperoleh perasaan rileks, serta untuk menenangkan diri sendiri.
2. Berhenti di usia 5-6 tahun
Tidak semua balita gemar menghisap jempol. Sebuah penelitian menyebutkan, 50 persen anak tak punya kebiasaan ini. Bagi yang terlanjur memulai kebiasaan menghisap ibu jari, 85 persen di antaranya meninggalkan kebiasaan buruk ini.
3. Dorongan lingkungan
Sebagian besar anak berhenti mengemut jempol di usia taman kanak-kanak karena malu melihat teman-temannya yang tidak memiliki kebiasaan ini. Tak sedikit pula yang bahkan menjadi bahan ejekan, hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti.
4. Beresiko pada pembentukan gigi
Jika kebiasaan menghisap ibu jari berlanjut hingga di atas usia 5 tahun dan cukup intensif, dapat menyebabkan gigi seri atas dan bawah tidak berkembang seperti semestinya. Gigi bagian atas dapat terdorong melampaui batas tumbuhnya dan membuat si kecil menjadi tonggos.
5. Salah pengucapan
Jika gigi tumbuh pada posisi yang tidak seharusnya, dapat berpengaruh pada cara si kecil berbicara. Adanya salah pengucapan pada kata-kata atau huruf tertentu, bahkan membuat si kecil menjadi cadel.
6. Alihkan perhatiannya
Menghisap ibu jari biasanya dilakukan jika anak tengah bosan atau tak ada yang bisa dilakukan, juga saat tangannya “bebas”, tak menggenggam apapun. Jika buah hati Anda mulai menunjukkan tanda-tanda akan kembali mengemut ibu jarinya, segera alihkan perhatiannya dengan memberinya mainan yang dapat digenggam atau genggam kedua tangannya.
7. Beri batasan tempat
Jika anak belum mampu melepaskan kebiasaannya, biarkan saja, tapi hanya di saat-saat tertentu. Hanya di rumah atau di kamarnya sendiri, misalnya. Buat perjanjian dengan si kecil untuk tidak menunjukkan kebiasaannya di depan umum.
8. Pujian lebih baik dari hukuman
Jika buah hati Anda menunjukkan keseriusannya untuk berhenti menghisap jempol, jangan ragu untuk memujinya. Pujian membuat si kecil semakin termotivasi, berbeda jika Anda menerapkan hukuman keras yang hanya akan membuat anak menjadi takut, trauma, atau berontak.
0 comments:
Post a Comment
Anda boleh copas. asal sertakan link back ke blog ini Terimakasih.
ANDA WAJIB KOMENTAR :D !!
jika anda Tidak Punya Akun Apapun, Anda Bisa Menggunakan ANONIMOUS